Nama : HENDRICKSON
NPM : 13410221
Kelas : 2IB02
NPM : 13410221
Kelas : 2IB02
Bekasi, Kota Bersejarah dengan Sejuta Budaya dan Kuliner
Bekasi yang juga dikenal sebagai kota Patriot, merupakan kota besejarah yang memiliki sejuta budaya. Julukan Patriot merupakan sebuah penghormatan dan penghargaan yang besar bagi wilayah Bekasi sebagai daerah perjuangan dan pertahanan Republik Indonesia pada masa kemerdekaan. Dimana berjuta-juta patriot bangsa gugur dalam pertempuran bertubi-tubi dan dasyat dalam mempertahankan ibukota negara dan wilayah RI di garis depan front perjuangan Republik Indonesia.
Keheroikan dan kepatriotan masyarakat di Bekasi tergambarkan dalam bentuk Puisi karya Chairil Anwar "Karawang-Bekasi", Lagu "Melati di Tapal Batas Bekasi", dan Novel Legendaris "Di Tepian Kali Bekasi".
Keheroikan perjuangan masyarakat Bekasi pun ditandai dengan begitu banyaknya monument-monument perjuangan di antaranya : Monumen Revolusi Rakyat Bekasi (di alun-alun Bekasi), Monumen Perjuangan Rakyat di Bekasi, Tugu di Agus Salim, Gedung Papak, Tugu Bambu Runcing, Gedung Tinggi dan sebagainya.
Seni Budaya
Bekasi mengalami proses asimilasi dan akulturasi kebudayaan dari berbagai daerah seperti Bali, Melayu, Bugis, dan Jawa. Pengaruh etnis tersebut tersebar di wilayah Bekasi, antara lain :
1. Suku Sunda banyak bermukim terutama di wilayah Lemahabang; Cibarusah, Setu sebagian Pebayuran dan sebagian Pondik Gede.
2. Suku Jawa dan Banten banyak bermukim di Kecamatan Sukatani dan sebagian Cabang Bungin.
3. Suku bangsa Melayu banyak bermukim di Kecamatan Bekasi (daerah kota), Cilincing (sekarang masuk Jakarta), Pondok Gede, Babelan, Tambun, Cikarang, Cabang Bungin, dan Setu.
4. Suku Bali terdapat di sebuah kampung di Kecamatan Sukatani, bahkan sampai sekarang namanya masih Kampung Bali.
Keragaman kesenian di daerah Bekasi sebagaimana dengan beragamnya etnis dan unsur budaya yang masuk ke daerah tersebut, maka berdasarkan catatan di kelembagaan kesenian Bekasi baik di Kota maupun Kabupaten Bekasi.
Keanekaragaman jenis kesenian yang ada di Kabupaten dan Kota Bekasi merupakan produk perkembangan budaya yang dipengaruhi oleh pergeseran pola hubungan antara penduduk asli dengan masyarakat pendatang. Sikap terbuka dari masyarakat Bekasi berkonsekwensi pada masuknya unsur-unsur seni yang dibawa oleh masyarakat pendatang.
Bukti masuknya unsur budaya pendatang dapat dilihat dari aktivitas seni yang mencerminkan unsur-unsur etnis tertentu, seperti :
1) Pengaruh budaya Pesisir Jawa : Wayang Kulit, Ujungan (pengaruh kerajaan mataram), Tari topeng.
2) Pengaruh Parahiangan antara lain : Wayang Golek, Pakaian Kebaya dan Gelung (Sanggul).
3) Pengaruh Melayu : Tari Japin dan Musik Gambus.
4) Pengaruh Eropa : Kesenian Tanjidor
5) Pengaruh Cina : Tari Cokek dan beberapa kesenian lainnya.
Beragamnya pengaruh budaya dan seni masyarakat pendatang turut memperkaya khasanah kesenian masyarakat Bekasi.
Tradisi Pantangan dan Kuwalat
Tradisi ini merupakan bentuk folklore, yang tidak diketahui siapa pencipta dan asalnya, pantangan ini digunakan sebagai saran atau himbauan. Di antaranya adalah :
a) Dilarang membuang sampah ke sungai, jika ada buaya yang memangsanya itu adalah kuwalat baginya karena telah mencemarkan sungai.
b) Untuk mencegah sepasang buaya putih penunggu sungai marah, masyarakat Melayu Betawi "nyugu" dengan membawa sesajen kembang tujuh rupa, telor ayam mentah, bekakak ayam, dan nasi kuning.
c) Tradisi menghormati sepasang buaya putih, masih tercermin dalam adat perkawinan Melayu Betawi yang mengharuskan dalam pinangan pihak mempelai laki-laki membawa sepasang roti buaya.
d) Sampah harus ditabun, maka nabun atau membakar sampah merupakan kebiasaan orang Melayu Betawi dan menebang pohon pun tidak boleh sembarangan, karena dalam pohon kayu yang besar terdapat penunggu yang akan marah bila pohon kayu itu ditebang secara sembarangan.
Kuwalat dan ketulah sangat sulit dibedakan artinya. Kuwalat atau kewalat berarti kena walat. ketulah berarti kena tulah, walat dan tulah adalah kena bencana, kesialan (istilaha bahasa Melayu-Betawi "sial dangkalan").
Dalam sistem kepercayaan lama, kekuasan yang maha tinggi dipercaya adalah berupa para dewa-dewa dan dewa-dewa itu mempunyai kepala dewa (dewa tertinggi). Kebiasaan 'nyuguin' dan 'ngukup' adalah kebiasaan untuk menghormati dewa-dewa. nyuguin (berupa sesajen dalam masyarakat Jawa) dan diungkupin (yaitu dengan membakar kemenyan yang asap-asapnya dibawa ke setiap sudut rumah).
Kuliner Khas Bekasi
Wisatawan yang datang ke kota Bekasi rasanya tidak puas bila tidak menikmati kuliner khas di Bekasi. Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, pada masyarakat Bekasi dikenal beberapa jenis makanan khas yang sering disajikan pada acara-acara tertentu atau hari raya. Misalnya dodol, setiap keluarga akan selalu berupaya agar pada saat hari raya (lebaran) tersedia sebagian penganan untuk dikirim kepada tetangga, keluarga atau untuk disajikan bila ada tamu.
Dodol ini juga bisa dibuat bila akan mengadakan kenduri. Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dicampur dengan gula merah dan kelapa.
Kuliner Bekasi yang masih dalam kategori kue basah, cukup banyak dan bervariasi, di antaranya adalah: Dodol, Kue Jalabia, Kue Cucur, Kue Bugis, Kue Bika Ambon, Kue Pepe, Kue Putu Mayang, Kue Talam, Kue Pisang, Kue Lopis, Kue Cincin, Kue Geplak, Kue Onde-Onde, Kue Gemplong, dan kerak telor.
Selain jenis kue basah Khas Bekasi, ada beberapa penganan asli Bekasi yang termasuk kategori jenis kue kering, biasanya mewarnai kue-kue yang disediakan untuk para tamu yang datang berkunjung atau pun untuk kegiatan besar seperti pernikahan, sunatan, dan bagian jenis kue cemilan yang praktis dan kuat tahan lama, diantaranya adalah : Kue Akar Kelapa, Kue Rengginang, Kue Wajik, Kue Sagon, Kue Satu dan parocot, Kue Duit, Kue Brangas dan beberapa jenis kue lainnya.
Sementara itu, menu makanan atau kuliner yang sangat dikenal di Bekasi adalah sayur asem khas Bekasi, rasanya agak sedikit asem bila dibandingkan dengan jenis sayur asem di daerah lain. Sayur ini terasa nikmat bila disajikan di siang hari.
Di samping itu ada satu jenis sayuran yang khas, yaitu sayur ikan gabus atau sayur pucung. Jenis sayur ini nampaknya hanya terdapat di Bekasi saja. Seperti diketahui Bekasi tempo dulu terdiri dari rawa-rawa yang didalamnya terdapat ikan gabus. Sayur ikan gabus biasanya dimasak dengan menambahkan campuran pucung/ kluewek yang berwarna hitam dan memiliki aroma serta rasa yang khas.
Demikian sekilas wawasan mengenai budaya dan kuliner Bekasi yang dapat saya sampaikan kepada teman-teman pembaca sekalian. Semoga postingan ini bermanfaat bagi teman-teman semua.
Referensi :
http://www.bekasikota.go.id/read/6039/kota-bersejarah-dan-sejuta-budaya
http://www.bekasikota.go.id/readotherskpd/128/295/keragaman-budaya-masyarakat-kota-bekasi
Keheroikan dan kepatriotan masyarakat di Bekasi tergambarkan dalam bentuk Puisi karya Chairil Anwar "Karawang-Bekasi", Lagu "Melati di Tapal Batas Bekasi", dan Novel Legendaris "Di Tepian Kali Bekasi".
Keheroikan perjuangan masyarakat Bekasi pun ditandai dengan begitu banyaknya monument-monument perjuangan di antaranya : Monumen Revolusi Rakyat Bekasi (di alun-alun Bekasi), Monumen Perjuangan Rakyat di Bekasi, Tugu di Agus Salim, Gedung Papak, Tugu Bambu Runcing, Gedung Tinggi dan sebagainya.
Seni Budaya
Bekasi mengalami proses asimilasi dan akulturasi kebudayaan dari berbagai daerah seperti Bali, Melayu, Bugis, dan Jawa. Pengaruh etnis tersebut tersebar di wilayah Bekasi, antara lain :
1. Suku Sunda banyak bermukim terutama di wilayah Lemahabang; Cibarusah, Setu sebagian Pebayuran dan sebagian Pondik Gede.
2. Suku Jawa dan Banten banyak bermukim di Kecamatan Sukatani dan sebagian Cabang Bungin.
3. Suku bangsa Melayu banyak bermukim di Kecamatan Bekasi (daerah kota), Cilincing (sekarang masuk Jakarta), Pondok Gede, Babelan, Tambun, Cikarang, Cabang Bungin, dan Setu.
4. Suku Bali terdapat di sebuah kampung di Kecamatan Sukatani, bahkan sampai sekarang namanya masih Kampung Bali.
Keragaman kesenian di daerah Bekasi sebagaimana dengan beragamnya etnis dan unsur budaya yang masuk ke daerah tersebut, maka berdasarkan catatan di kelembagaan kesenian Bekasi baik di Kota maupun Kabupaten Bekasi.
Keanekaragaman jenis kesenian yang ada di Kabupaten dan Kota Bekasi merupakan produk perkembangan budaya yang dipengaruhi oleh pergeseran pola hubungan antara penduduk asli dengan masyarakat pendatang. Sikap terbuka dari masyarakat Bekasi berkonsekwensi pada masuknya unsur-unsur seni yang dibawa oleh masyarakat pendatang.
Bukti masuknya unsur budaya pendatang dapat dilihat dari aktivitas seni yang mencerminkan unsur-unsur etnis tertentu, seperti :
1) Pengaruh budaya Pesisir Jawa : Wayang Kulit, Ujungan (pengaruh kerajaan mataram), Tari topeng.
2) Pengaruh Parahiangan antara lain : Wayang Golek, Pakaian Kebaya dan Gelung (Sanggul).
3) Pengaruh Melayu : Tari Japin dan Musik Gambus.
4) Pengaruh Eropa : Kesenian Tanjidor
5) Pengaruh Cina : Tari Cokek dan beberapa kesenian lainnya.
Beragamnya pengaruh budaya dan seni masyarakat pendatang turut memperkaya khasanah kesenian masyarakat Bekasi.
Tradisi Pantangan dan Kuwalat
Tradisi ini merupakan bentuk folklore, yang tidak diketahui siapa pencipta dan asalnya, pantangan ini digunakan sebagai saran atau himbauan. Di antaranya adalah :
a) Dilarang membuang sampah ke sungai, jika ada buaya yang memangsanya itu adalah kuwalat baginya karena telah mencemarkan sungai.
b) Untuk mencegah sepasang buaya putih penunggu sungai marah, masyarakat Melayu Betawi "nyugu" dengan membawa sesajen kembang tujuh rupa, telor ayam mentah, bekakak ayam, dan nasi kuning.
c) Tradisi menghormati sepasang buaya putih, masih tercermin dalam adat perkawinan Melayu Betawi yang mengharuskan dalam pinangan pihak mempelai laki-laki membawa sepasang roti buaya.
d) Sampah harus ditabun, maka nabun atau membakar sampah merupakan kebiasaan orang Melayu Betawi dan menebang pohon pun tidak boleh sembarangan, karena dalam pohon kayu yang besar terdapat penunggu yang akan marah bila pohon kayu itu ditebang secara sembarangan.
Kuwalat dan ketulah sangat sulit dibedakan artinya. Kuwalat atau kewalat berarti kena walat. ketulah berarti kena tulah, walat dan tulah adalah kena bencana, kesialan (istilaha bahasa Melayu-Betawi "sial dangkalan").
Dalam sistem kepercayaan lama, kekuasan yang maha tinggi dipercaya adalah berupa para dewa-dewa dan dewa-dewa itu mempunyai kepala dewa (dewa tertinggi). Kebiasaan 'nyuguin' dan 'ngukup' adalah kebiasaan untuk menghormati dewa-dewa. nyuguin (berupa sesajen dalam masyarakat Jawa) dan diungkupin (yaitu dengan membakar kemenyan yang asap-asapnya dibawa ke setiap sudut rumah).
Kuliner Khas Bekasi
Wisatawan yang datang ke kota Bekasi rasanya tidak puas bila tidak menikmati kuliner khas di Bekasi. Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, pada masyarakat Bekasi dikenal beberapa jenis makanan khas yang sering disajikan pada acara-acara tertentu atau hari raya. Misalnya dodol, setiap keluarga akan selalu berupaya agar pada saat hari raya (lebaran) tersedia sebagian penganan untuk dikirim kepada tetangga, keluarga atau untuk disajikan bila ada tamu.
Dodol ini juga bisa dibuat bila akan mengadakan kenduri. Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dicampur dengan gula merah dan kelapa.
Kuliner Bekasi yang masih dalam kategori kue basah, cukup banyak dan bervariasi, di antaranya adalah: Dodol, Kue Jalabia, Kue Cucur, Kue Bugis, Kue Bika Ambon, Kue Pepe, Kue Putu Mayang, Kue Talam, Kue Pisang, Kue Lopis, Kue Cincin, Kue Geplak, Kue Onde-Onde, Kue Gemplong, dan kerak telor.
Selain jenis kue basah Khas Bekasi, ada beberapa penganan asli Bekasi yang termasuk kategori jenis kue kering, biasanya mewarnai kue-kue yang disediakan untuk para tamu yang datang berkunjung atau pun untuk kegiatan besar seperti pernikahan, sunatan, dan bagian jenis kue cemilan yang praktis dan kuat tahan lama, diantaranya adalah : Kue Akar Kelapa, Kue Rengginang, Kue Wajik, Kue Sagon, Kue Satu dan parocot, Kue Duit, Kue Brangas dan beberapa jenis kue lainnya.
Sementara itu, menu makanan atau kuliner yang sangat dikenal di Bekasi adalah sayur asem khas Bekasi, rasanya agak sedikit asem bila dibandingkan dengan jenis sayur asem di daerah lain. Sayur ini terasa nikmat bila disajikan di siang hari.
Di samping itu ada satu jenis sayuran yang khas, yaitu sayur ikan gabus atau sayur pucung. Jenis sayur ini nampaknya hanya terdapat di Bekasi saja. Seperti diketahui Bekasi tempo dulu terdiri dari rawa-rawa yang didalamnya terdapat ikan gabus. Sayur ikan gabus biasanya dimasak dengan menambahkan campuran pucung/ kluewek yang berwarna hitam dan memiliki aroma serta rasa yang khas.
Demikian sekilas wawasan mengenai budaya dan kuliner Bekasi yang dapat saya sampaikan kepada teman-teman pembaca sekalian. Semoga postingan ini bermanfaat bagi teman-teman semua.
Referensi :
http://www.bekasikota.go.id/read/6039/kota-bersejarah-dan-sejuta-budaya
http://www.bekasikota.go.id/readotherskpd/128/295/keragaman-budaya-masyarakat-kota-bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar